Sabtu, 07 Agustus 2010

LUDAH MANUSIA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENYEMBUHKAN LUKA

Para peneliti dari Belanda telah mengidentifikasi satu zat di dalam air ludah manusia yang mempercepat penyembuhan luka, demikian laporan mereka yang disiarkan Rabu di The Journal of Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB)
Tim peneliti tersebut mendapati bahwa "histatin", protein kecil di dalam air ludah yang sebelumnya hanya dipercaya membunuh bakteri bertanggung-jawab atas penyembuhan luka.

Penelitian itu mungkin menawarkan harapan kepada orang yang menderita luka kronis yang berhubungan dengan diabetes dan gangguan lain, serta luka traumatis dan luka bakar. Selain itu, karena zat tersebut dapat diproduksi secara massal, zat tersebut memiliki potensi untuk menjadi sama umumnya dengan krim
antibiotik dan alkohol gosok.

"Kami berharap temuan kami pada akhirnya bermanfaat buat orang yang menderita luka yang tak kunjung sembuh, seperti borok di kaki dan luka akibat diabetes, serta bagi perawatan luka mengakibatkan trauma seperti luka bakar," kata Menno Oudhoff, penulis pertama laporan tersebut.

"Studi ini bukan hanya menjawab pertanyaan biologi mengenai mengapa hewan menjilati luka mereka," kata Gerald Weissmann, Pemimpin Redaksi FASEB Journal. "Itu juga menjelaskan mengapa luka di mulut, seperti luka setelah pencabutan gigi, sembuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan luka pada kulit dan tulang. Itu juga mengarahkan kita untuk mulai memandang air ludah sebagai satu sumber bagi obat baru.
Kandungan Air liur
Pada hewan, air liur dihasilkan dan disekresikan dari kelenjar ludah. Adapun kandungannya adalah:
  • Elektrolit: (2-21 mmol/L natrium, 10-36 mmol/L kalium, 1,2-2,8 mmol/L kalsium, 0,08-0,5 mmol/L magnesium, 5-40 mmol/L klorida, 2-13 mmol/L bikarbonat, 1,4-39 mmol/L fosfat)
  • Mukosa, yang terutama mengandung mukopolisakarida dan glikoprotein;
  • Senyawaan antibakteri (tiosianat, hidrogen peroksida, dan immunoglobulin A)
  • Beberapa macam enzim, di antaranya alfa-amilase (EC3.2.1.1), lisozim (EC3.2.1.17), dan lingual lipase (EC3.1.1.3). Amilase dan lipase berturut-turut memulai pencernaan pati dan lemak sebelum makanan ditelan. Enzim-enzim tersebut bekerja optimal pada pH 7,4. Lingual lipase memiliki pH optimum ~4,0, sehingga tak akan aktif jika belum memasuki lingkungan asam. Lisozim berperan dalam lisis bakteri. Air liur manusia juga mengandung fosfatase asam ludah A+B (EC3.1.3.2), N-asetilmuramil-L-alanin amidase (EC3.5.1.28), NAD(P)H dehidrogenase-quinone (EC1.6.99.2), laktoperoksidase ludah (EC1.11.1.7), superoksida dismutase (EC1.15.1.1), glutation transferase (EC2.5.1.18), dehidrogenase aldehid kelas 3 (EC1.2.1.3), glukosa-6-fosfat isomerase (EC5.3.1.9), dan kallikrein jaringan (EC3.4.21.35). Adanya produk-produk ini kadang mengakibatkan air liur berbau tidak sedap.

Note :
Manusia mengeluarkan sekitar 700 ml air liur setiap harinya.
Sumber :

Asal Mula Nama Indonesia

Asal Mula Nama Indonesia

Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa Indoa menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker ( 1820 – 1887 ), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (Bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.

Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan ( 1819 – 1869 ), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Ingris, George Samuel Windsor Earl (1813 – 1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:


"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa nahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".


Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826 – 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).

Identitas Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya :

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Dan setelah itu lahirlah bangsa Indonesia

Di Indonesia, yang pertama kali mempopulerkan kata Indonesia di publik ialah Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau yg dikenal sebagai Dr. Sam Ratulangi. Ia sudah mempopulerkan kata Indonesia sejak tahun 1922.

Begini cerita sejarahnya ....

"Suatu hari pada tahun 1922. Soekarno sedang berjalan-jalan di Jalan Braga, Bandung. Di depan sebuah gedung, tiba-tiba pandangan matanya tertumpu pada papan nama bertuliskan Algemene Levensverzekering Maatschappij Indonesia. Yang membuat si Bung tertarik adalah penggunaan kata "Indonesia" yang kala itu tergolong langka. Maka, Soekarno pun mampir dan berkenalan dengan pemilik perusahaan asuransi di gedung itu, Gerungan Saul Samuel Jacob Sam. Lelaki yang akrab dipanggil Sam itu pun berkata, "Itulah ideku, yakni agar Tanah Air kita yang terdiri dari beribu-ribu pulau itu bersatu dan diberi satu nama. Namanya telah saya tetapkan bersama pemuda-pemudi kita yang berada di Eropa, yaitu Indonesia ..."

"Pertemuan dengan Sam menyisakan kenangan berkesan di hati Soekarno. Setelah terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, dalam salah satu pidatonya Soekarno pernah menceritakan lagi pertemuan tersebut. Bahkan, Soekarno menyebut Sam sebagai gurunya di bidang politik. Sejarah pergerakan nasional yang tak menyebut peran G.S.S.J. Sam, ucapnya, adalah pincang dan tidak lengkap .
..."

Selasa, 01 Juni 2010

Mengukur gedung dengan barometer

Sir Ernest Rutherford, Presiden dari Royal Academy , dan penerima Nobel Fisika menceritakan kisah ini:

"Beberapa waktu lalu aku menerima panggilan dari kolegaku. Dia akan memberikan nilai nol untuk ujian salah seorang siswanya, tapi siswa tersebut berkeras dia harus mendapatkan nilai sempurna. Sang instruktur dan siswa teresebut sepakat untuk penengah yang obyektif dan aku yang dipilih".

Soal ujiannya berbunyi: "Tunjukkan cara mengukur tinggi sebuah gedung dengan bantuan barometer."

Siswa itu menjawab: "Bawa barometer tersebut ke puncak gedung, ikatkan dengan sebuah tali, turunkan sampai ke jalan lalu tarik kembali ke atas, ukur panjang tali. Panjang tali itu adalah sama dengan tinggi gedung."

Siswa tersebut berhak meminta nilai penuh karena dia menjawab dengan lengkap dan benar. Di sisi lain, nilai penuh harusnya diberikan atas dasar kompentensi di bidang fisika, dan jawabannya tidak menunjuikkan hal ini. Aku menyarankan ujian ulang. Aku memberikan waktu enam menit untuk menjawab soal yang sama dengan syarat harus dijawab menggunakan dalil-dalil fisika.

Lima menit berlalu, dia masih belum menulis apa-apa. Aku menanyakan apa dia mau menyerah, tapi dia menjawab kalau dia punya banyak solusi, dia cuma memikirkan solusi yang terbaik. Aku menyuruhnya melanjutkan dan pada menit berikutnya dia menyerahkan jawabannya yang berbunyi "Bawa barometer ke puncak gedung, jatuhkan, dan ukur waktunya dengan stopwatch, lalu menggunakan rumus 'jarak=0,5*percepat an*waktu^ 2, tinggi gedung bisa diukur."

Saat ini aku meminta kolegaku untuk menyerah. Dia setuju dan memberikan siswanya nilai penuh. Saat meninggalkan ruang ujian aku teringat bahwa siswa itu punya beberapa solusi, jadi aku menanyakan solusi apa saja itu.

Siswa itu menjawab, "ada banyak cara mengukur tinggi gedung dengan bantuan barometer. Misalnya, membawa barometer ke luar, lalu mengukur tinggi barometer dan panjang bayangannya, dan mengukur panjang bayangan gedung, dan dengan rumus perbandingan sederhana tinggi gedung bisa diketahui."

"Kalau Anda mau cara yang lebih rumit, ikat barometer dengan tali, ayun seperti bandul di lantai dasar dan di atap untuk menghitung nilai gravitasi. Dari perbedaan nilai gravitasi tinggi gedung bisa dihitung."

"Dengan metode yang sama, bila dari atap talinya di ulur sampai ke dasar lalu diayunkan seperti bandul, tinggi gedung bisa dihitung melalui periode ayunan."

"Ini cara kesukaan saya, bawa barometer ke tempat pemilik gedung lalu katakan: 'Pak, ini ada sebuah barometer, bila Anda memberitahukan tinggi gedung Anda, saya akan memberikan barometer ini."

Saya bertanya apakah dia tidak mengetahui cara konvensional untuk memecahkan masalah tersebut. Dia jawab kalau dia tahu, tapi dia tidak mau terpaku pada satu pola pemikiran saja.

Siswa itu bernama Niels Bohr, peraih Nobel di bidang fisika tahun 1922 dan salah satu ilmuwan fisika yang paling berpengaruh di abad 20.

------------ --
Melatih kebebasan pikiran
Isa Alamsyah

Sekolah seharusnya mendidik kita berpikir dan menemukan cara paling praktis untuk menemukan solusi akan tetapi justru seringkali sekolah justru menjadi tempat kita memandulkan pikiran kita (seperti contoh di atas).

Saya ingat ketika kuliah, kalau ada pertanyaan essai dengan awal kalimat
"Menurut Anda apakah...... ?
Lucunya, sekalipun pertanyaannya menurut Anda (menurut kita - siswa) tapi jawaban yang benar adalah jawaban yang sesuai dengan pendapat dosen.
Saya sering bilang keteman-teman, kalau begitu harusnya soalnya berbunyi
"Menurut saya (dosen)...?
"Menurut dosen Anda...?
Lalu kita menduga-duga jalan pikiran sang dosen untuk menjawabnya. Karena kalau soalnya menurut Anda (siswa) jadi apapun jawabnnya benar dong, kan menurut saya.

Saya juga teringat ketika Faiz (penulis cilik) anak Helvy Tiana Rosa pulang mengeluh dengan jawabannya yang disalahkan guru.
Saat itu ada pelajaran agama bunyi soalnya:
"Apakah diterima orang yang berpuasa tapi berbohong"
Lalu Faiz menjawab
"Mana saya tahu, saya bukan Allah!"
Mendengar jawaban itu saya ketawa, tapi itu jawaban benar. Yang berhak mengatakan diterima atau tidak amal seseorang kan Allah.
Jadi yang salah pertanyaannya.

Ya itu sedikit renungan kita tentang pendidikan.

Di Buku No Excuse dibahas latar pendidikan sebagai salah satu excuse yang sering diungkap orang sebagai alasan tidak mencapai sukses adalah pendidikan.
Jika Anda baca kisah mereka, maka latar belakang pendidikan sama sekali bukan excuse atau dalih yang bisa diterima.

Salam sukses selalu, No Excuse! karena Anda bisa!

sumber:CIVIL-UB@yahoogroups.com

3 hal dalam hidup

3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan

Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti

Time is free but it’s priceless, u can’t own it but u can use it. U can’t keep it but u can spend it

Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.
*Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah

Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan.
*Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya

3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan

Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.

Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.

Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita

Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan

3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta

Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.

Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.

What is the difference between blood and friend?
>>Blood enters the heart and flows out, but friend enters the heart and stay inside.

Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan

If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more

Jumat, 12 Maret 2010

Tiga Modal Memotivasi Diri

Setiap kegagalan selalu diawali dengan tanda. Tanda itu adalah turunnya motivasi. Jika Anda gagal menaikkannya, maka kegagalan akan menjadi kenyataan.


Waspadai meteran motivasi Anda. Bekerja seadanya, merasa tidak bersemangat, merasa lemas dan malas, adalah tanda-tanda paling kuat dari menurunnya motivasi Anda. Bahkan, selalu mencapai target tapi tetap sebegitu-begitu saja, bisa jadi juga merupakan tanda yang sama.


Tetap termotivasi adalah perjuangan. Sebab diri kita setiap hari didera oleh lebih dari 60.000 lintasan pikiran. Masing-masing dari lintasan pikiran itu, adalah bentuk-bentuk kenikmatan, cobaan, dan ujian. Sebagiannya, sangat mungkin negatif dan berdampak buruk pada motivasi.


Menurut Frederick Hezberg, "mesin motivasi" manusia sebenarnya terdiri dari dua lapisan, yaitu:


1. Maintenance Layer

2. Motivation Layer


Maintenance Layer adalah wilayah motivasi yang diciptakan oleh sistem eksternal Anda. Biasanya, jika sistem ini sudah disetup dengan baik dan benar, maka aspek "motivasi dasar" bisa langsung beroperasi dengan lancar.


Contoh: Jika Anda karyawan, maka kenaikan gaji bisa dipastikan akan membuat Anda makin giat bekerja. Jika tidak, Anda yang keterlaluan. Tapi, segiat apa? Sejauh mana Anda akan makin keras bekerja?


Inilah yang disebut dengan Maintenance Layer. Layer ini cenderung akan "otomatis" memotivasi Anda dari luar. Namun demikian, tidak bisa diharapkan bahwa kinerja Anda akan meningkat melebihi persyaratan (minimum), atau drastis - jarang terjadi. Sekali lagi, layer ini didisain oleh sistem eksternal Anda hanya sekedar untuk mencapai performa "standar".


Motivation Layer adalah wilayah motivasi yang sifatnya individualistik atau internal. Layer ini diciptakan oleh individu yang bersangkutan. Jika disetup dengan baik dan benar, aspek "motivasi tambahan" bisa berlangsung secara mengejutkan. Individu tertentu akan menjadi bintang performa.


Uniknya, Motivation Layer tidak akan tercipta tanpa didahului oleh terciptanya Maintenance Layer.


Contoh: Jika Anda karyawan, mencapai standar minimum pun mungkin tak akan Anda lakukan, jika gaji Anda kekecilan. Apalagi kinerja yang lebih dari itu.


Jadi tugas Anda - karyawan atau bukan, adalah membangun Maintenance Layer Anda sendiri secara internal, sebagai "mesin motivasi otomatis" Anda. Sebab, setiap motivasi pada dasarnya adalah diproduksi oleh diri sendiri. Faktor sistem eksternal hanya memotivasi "ala kadarnya".


Jika Anda bisa menciptakan mesin ini, maka Anda akan selalu termotivasi. Anda akan selalu termotivasi untuk memotivasi diri sendiri.


Ciri-ciri bahwa Anda belum memiliki "mesin motivasi otomatis" secara pribadi:


"Ah sama saja. Kerja keras atau tidak, hasilnya sama kok."
"Mengapa semuanya begini-begini saja?"
"Sekarang kok stagnan?"
"Kok kembali kayak dulu nih?"
"Alah, yang penting kerjaan gua beres!"


Sangat-sangat sering terjadi, Maintenance Layer eksternal justru menjebak Anda pada zona nyaman yang baru. (Dalam contoh karyawan: gaji Anda dinaikkan, tapi motivasi Anda tak mampu bertahan.)


Anda kelelahan karena Anda terus bekerja secara "manual" memproduksi motivasi. Anda lelah sampai akhirnya kalah. Anda bekerja langsung di layer kedua. Anda tidak membangun layer pertama.


Anda perlu membangun "mesin motivasi otomatis". Anda perlu membangun Maintenance Layer Anda sendiri secara internal. Tanpa mesin ini, Anda tidak akan mendapatkan "plus-plus".


Bagaimana caranya membangun Maintenance Layer Anda sendiri?


Kita bisa memulainya dengan memahami tiga penyebab rendahnya motivasi.


1. Tidak atau kurang percaya diri.


Jika Anda sendiri tidak percaya bahwa Anda punya peluang bisa sukses dan berhasil, maka mencoba pun Anda tak akan melakukannya. Bagaimana Anda bisa termotivasi?


2. Tidak fokus.


Jika Anda tidak tahu apa yang Anda inginkan, bagaimana Anda bisa termotivasi?


3. Tidak terarah.


Jika Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan, bagaimana Anda bisa termotivasi untuk melakukannya?


"Mesin motivasi otomatis" Anda, adalah kombinasi baru dari ketiganya, dan mesin ini hanya akan "kinclong" jika Anda bisa menjaga keseimbangan di antara ketiganya. Maka apa yang menjadi syarat utama adalah:


1. Ketiganya ada.

2. Ketiganya dalam kondisi prima.

3. Ketiganya seimbang.


PERCAYA DIRI


Tidak atau kurang percaya diri, disebabkan oleh "over focus" pada cita-cita, dan melupakan apa yang sudah dimiliki.


Bagilah dengan adil fokus Anda ke berbagai hal yang sudah Anda miliki; bakat, modal, keterampilan, akses, jaringan, dan sebagainya. Inventarisirlah apa yang sudah Anda miliki. Pasti ada, dan banyak. Koleksi semua itu akan membuat Anda menjadi besar.


Dengan membagi fokus Anda kepada apa yang sudah Anda miliki, Anda akan makin percaya diri. Dan dengan mengetahui apa yang Anda miliki, Anda juga akan mulai menemukan arah.


FOKUS


Kemana fokus Anda? Kepada yang Anda inginkan, atau kepada yang tidak Anda inginkan?


Jika fokus Anda adalah apa yang tidak Anda inginkan, maka Anda tidak akan tahu apa yang Anda inginkan. Semuanya malah akan menjadi buram.


Jika Anda tidak tahu apa yang Anda inginkan, Anda akan salah arah. Dan salah arah akan membuat Anda makin tidak percaya diri. Sebab, Anda merasa tersesat.


TERARAH


Kemana arah Anda? Menuju atau menjauhi sesuatu yang Anda inginkan?


Jika Anda tidak tahu, Anda tersesat dan salah arah, dan ujungnya juga tidak jelas. Anda akan makin tidak percaya diri. Jika arah Anda menjauhi, Anda tidak akan menemukan titik fokus, dan ujungnya juga pasti.


Jika Anda berhasil membangun "mesin motivasi otomatis" Anda sendiri, maka Anda akan punya mesin yang otomatis memproduksi motivasi, setiap hari. Sebagai mesin, ia butuh bahan bakar. Bahan bakar itu, adalah kemauan Anda untuk sering-sering menengok lagi semua ini.


Semoga bermanfaat.

Surat dari Manusia Tahun 2070


Yth. Manusia di tahun 2010

Aku hidup di tahun 2070. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah 85 tahun. Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih. Aku fikir aku tidak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku, Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun semua sangat berbeda, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya. Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang di basahi dengan minyak mineral. Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air.

Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja.

Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan: "JANGAN MEMBUANG BUANG AIR" Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas. Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering. Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus.

Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya. Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis.

Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari. Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah. Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air.

Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun. Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang.

Morfologi manusia mengalami perubahan... yang menghasilkan/ melahirkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi. Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per orang per hari. [31.102 galon] Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari "kawasan ventilasi" yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen. Udara yang tersedia di dalam "kawasan ventilasi" tidak berkulitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas.

Umur hidup manusia rata-rata adalah 35 tahun. Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata. Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam. Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi.
Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu. Dia bertanya: - Ayah ! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ? Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku. ..Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian. .. dan banyak orang lain juga !. Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukan. Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya, Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir. Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi... Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini !

Tolong Kirim surat ini ke semua teman dan kenalan anda, walaupun hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang.Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita.Lakukan untuk anak dan keturunan mu kelak

AIR DAN BUMI UNTUK MASA DEPAN
(Dokumen ini dipublikasi di majalah "Crónica de los Tiempos" April 2002)

Surat ini memang masih diragukan keasliannya...tapi mohon dilihat isi dan pesan dari surat tersebut...

LETS START TO SAVE OUR WORLD FOR BETTER FUTURE N DO SOMETHING FROM SIMPLE THING!

yg kebetulan ngebaca mohon disebarin ya... :)