Gambar. Sisa makan siang
Sedangkan sampah dapur yang dibuang oleh setiap keluarga di Taiwan
dapat ditumpuk sampai sebanyak 1.017 buah Puncak Everest. Ini belum
termasuk sampah dapur dari sekolah dan restoran.
Gambar. Sampah dapur
Tahun 2011 merupakan tahun puncak produksi bahan pangan dalam sejarah
umat manusia, namun pada saat yang sama ada dua orang anak mati kelaparan
dalam setiap lima detiknya
Kemampuan produksi bahan
makanan global cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dari 1,7 kali
populasi umat manusia, namun tetap saja terjadi “bencana kelaparan” di
bumi ini. Hal ini karena sepertiga dari bahan makanan yang ada ternyata
terbuang ke dalam tong sampah. Khusus untuk Taiwan saja, bahan makanan
yang dibuang dalam masa setahun dapat ditumpuk menjadi 1.017 buah Puncak
Everest.
Bahan makanan yang terbuang ke dalam tong sampah di seluruh dunia
dalam setahunnya mencapai 1,3 milyar ton, cukup untuk mengelilingi bumi
sebanyak 166 kali. Namun kenyataan pahitnya dalam setiap hari ada 30 ribu
orang mati kelaparan.
Pada sebelah Selatan Gurun Sahara di Afrika ada 300 juta korban
bencana kelaparan. Di India ada 230 juta orang menderita kelaparan, setara
dengan sepuluh kali populasi Taiwan. Jika angka korban pada kedua wilayah
ini dijumlahkan, akan mencapai separuh dari angka korban kelaparan global.
Menurut laporan FAO, 40% dari bahan makanan di negara maju dibuang ke
dalam tong sampah. Jelasnya sebanyak 40% dari makanan setiap orang
terbuang ke dalam tong sampah, jika sisa makanan ini dikumpulkan dalam
setahun, akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan 4,2 milyar umat
manusia.
Menurut data Dinas Lingkungan
Taiwan, sampah dapur dari seluruh rumah tangga di Taiwan dalam setahun ada
sekitar 2,75 juta ton, di antaranya ada sekitar 1,8 juta ton merupakan
kulit buah-buahan, sayuran dan sisa makanan.
Jika dikonversikan dalam unit berat, 1,80 juta ton adalah setara
dengan berat 4 milyar porsi makanan kotak. Jika dikonversikan dalam bentuk
nilai uang akan mencapai NTD 25 milyar (Rp. 7,5 trilyun), cukup untuk
memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi 230 ribu murid sekolah asal
keluarga tidak mampu selama 20 tahun, mulai dari usia tingkat TK sampai tingkat S3. Jika dikonversikan dalam jumlah orang, cukup untuk memenuhi
kebutuhan pangan bagi 5,5 juta warga Haiti selama satu tahun penuh.
Sampah dapur sebanyak 1,80 juta ton ini masih belum termasuk sampah
dapur dari restoran, sekolah dan pasar.
Foodsolution dari Perusahaan Unilever Taiwan pernah mengadakan riset,
diperkirakan sisa makanan yang dibuang oleh semua restoran di daerah
Taipei dalam setahun mencapai NTD 1,8 milyar (Rp. 540 milyar). Angka ini
cukup untuk memenuhi kebutuhan makan siang bergizi selama setahun bagi 12
ribu anak di daerah terpencil.
Taiwan merupakan negara dengan jumlah mini market terpadat di seluruh
dunia. Dikarenakan adanya standardisasi, maka angka pemborosannya sangat
besar, sebab setiap mini market harus menjual segala macam makanan,
sedangkan makanan itu tidak pasti terjual habis, jadi sebagian akan
berakhir menjadi sampah dapur. Karena kita ingin mendapatkan kenyamanan,
akibatnya terjadi pemborosan, mungkin pihak perusahaan sudah boleh mulai
berpikir untuk mengurangi jumlah pasokan bahan makanan atau ada lebih
banyak orang yang membelinya.
Di Hongkong ada usaha daur
ulang pernah mengambil data statistik, setiap hari mereka mengumpulkan 50
ribu buah kotak makanan dari murid-murid sekolah, setiap kotaknya rata-rata bersisa 200 gram bahan makanan, jika dari angka ini diperkirakan
sisa makanan dari 250 ribu murid sekolah di Taiwan, maka dalam setahun
akan ada 125 ribu ton sisa makanan. Jika diisikan ke dalam tong sampah
ukuran tinggi satu meter, dapat ditumpuk sampai setinggi 1221 unit gedung
bangunan 101 Taipei.
Di Haiti ada 5,5 juta warganya
yang tidak bisa makan satu kali pun setiap harinya.
Di Inggris ada sebuah acara televisi bernama “Great British Waste Menu”, di mana pembawa acara akan mencari
tong sampah di belakang pasar swalayan atau pasar sayur, lalu memilih
bahan makanan yang dibuang untuk dijadikan menu makanan, namun prosesnya
tetap di bawah pengawasan ahli kesehatan, sehingga tidak akan timbul
masalah kesehatan, kemudian mereka mengundang para pengusaha yang tadinya
membuang bahan makanan tersebut untuk datang mengecapi menu makanan
tersebut dan meminta mereka agar mengurangi pemborosan bahan makanan.
Bahan makanan yang dibuang di Inggeris setiap tahunnya mencapai nilai
NTD 500 milyar (Rp. 150 trilyun), selain itu masih harus menghabiskan
biaya sebanyak NTD 50 mliyar (Rp. 15 trilyun) untuk menangani masalah
sampah makanan ini.
Di negara-negara miskin seperti di benua Afrika, disebabkan masalah
produksi, transportasi dan teknik penyimpanan yang terbelakang, ada
seperempat dari bahan makanan yang rusak sebelum mencapai tangan konsumen.
Sebaliknya di negara maju, ada 40% dari bahan makanan yang dibuang oleh
para pengecer atau konsumen ke dalam tong sampah.
Demi agar terlihat bagus, penjual sayuran akan membuang bagian luar
sayur sawi putih, sehingga sebutir sawi putih yang tadinya seberat 3 kg
menjadi hanya tersisa 2,5 kg saja. Dengan kata lain, setiap menangani 6
butir sawi putih, harus dibuang 1 butir.
Pada musim panas, mungkin satu truk sayuran akan menjadi layu,
transportasi jarak jauh juga mudah membuat sayuran rusak.
Produk pertanian dari luar negeri akan menderita angka kerusakan lebih
besar lagi, sebab harus melalui pengiriman jauh.
Ada sebagian orang menganggap
kulkas sebagai perlengkapan serba bisa, semua bahan makanan yang
dimasukkan ke dalamnya akan tahan lama, padahal bukan begitu adanya, suhu
rendah dalam kulkas hanya akan memperlambat pertumbuhan mikroba, bukan
berarti bahan makanan dijamin tidak rusak. (dr. Lin Yufang dari RS Tzu Chi
Taipei)
Jika sampah makanan di Taiwan setahunnya
mencapai 1,8 juta ton, artinya rata-rata setiap orang setiap harinya
membuang bahan makanan sebanyak 200 gram
Bahan makanan seberat 200 gram hampir sama dengan setengah potong
tahu, sebatang wortel ukuran medium atau sebutir mantou. Bahan makanan
seberat 200 gram ini merupakan jatah makanan seorang dewasa di Korea
Utara. Di Taiwan, jika setiap orang setiap harinya dapat mengurangi pemborosan
bahan makanan seberat 200 gram, maka setiap tahunnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan makan 5,5 juta warga Haiti yang kelaparan. Dengan mengurangi
beberapa suap makanan dan makan sampai hanya 70% kenyang, itu akan sangat
baik bagi kesehatan tubuh sendiri.
Dokter spesialis metabolisma pada RS Tzu Chi Taipei, dr. Liao Yuhuang
mengatakan: Ada sebuah majalah terkenal di dunia memuat sebuah artikel,
ada orang mengadakan eksperimen terhadap monyet di Sungai Gangga, ketika
makanan dalam sekelompok monyet dikurangi sebanyak 30%, biasa kita sebut
70% kenyang, setelah 20 tahun kemudian, angka kematian turun dengan jelas,
serangan sakit jantung dan kencing manis pada mereka juga berkuirang 50%,
jadi mengurangi konsumsi makanan adalah sangat bermanfaat bagi panjangnya usia
kita.
Hanya Inggris saja sudah membuang bahan makanan sebanyak 410 ton dalam
setahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup 12 juta warga kelaparan di
daerah bencana kekeringan parah Afrika Timur. Sedangkan di Amerika Serikat
dalam setahun diboroskan hampir 50 juta ton bahan makanan, cukup untuk
menyelamatkan hampir separuh warga kelaparan di benua Afrika.
Ketika membuang bahan makanan, pemborosan yang terjadi bukan saja
bahan makanan tersebut, juga termasuk sumber daya dalam proses produksi,
transportasi dan penyimpanan. Coba pikirkan, kita mempergunakan obat
pertanian dan pupuk kimia untuk memaksa produksi pertanian paling
maksimal, ini sangat melukai bumi dan memboroskan sumber daya air, namun
terakhir kita malah membuang bahan makanan ini.
Menurut perkiraan Global Footprint Network, sebelum tahun 2030, kita
sudah membutuhkan sebuah planet bumi yang baru, baru cukup untuk memenuhi
nafsu mulut umat manusia dan tempat pembuangan sampah.
Pada tahun 2005, Jepang membuat undang-undang pendidikan bidang pertanian
bahan makanan, mewajibkan setiap murid untuk belajar tentang pertanian
bahan makanan, jika sekolah berada di daerah perdesaan, bahkan mewajibkan
murid-murid untuk menanam sendiri, juga mengadakan perlombaan mencukupi
bahan makanan bagi diri sendiri. Undang-undang ini juga mewajibkan para
murid SD kelas 5 untuk tinggal di daerah pertanian selama seminggu,
sedangkan orangtua tidak boleh ikut, tujuannya agar melalui kerja
pertanian ini, anak-anak tahu darimana datangnya bahan makanan mereka
Catatan : Tzu Chi mengambil negara Taiwan sebagai contoh karena Tzu Chi
pertama kali berdiri di negara Taiwan
Sumber : www.kaskus.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar